BADAI TIDAK BOLEH TERCIPTA DARI DALAM KAPAL “Some people are here. Unwanted and undetected. They are among us. The intruders,” kata Morgan Freeman dalam Shawshank Redemption. Kita tidak berbicara konteks institusi di sini, kita berbicara ruang bersama bernama Polri.
Dalam kasus Duren Tiga, ada sudut pandang beragam. Spektrum kepentingan. Subyektif dan obyektif. Adu domba juga ada. _A sheep fight to divide and conquer._
Jangan sangka persoalan ini sederhana. Orang luar ingin mendegradasi Polri, orang dalam ingin mengamankan okupansi. Yang jelas sasarannya Polri. Harus diingat, lembaga ini adalah episentrum _civil society_.
Prahara dan turbulensi bisa datang kapan saja dalam institusi besar. Masalahnya ada yang memanfaatkan, ada juga yang dimanfaatkan.
Bahkan sekelas CIA pernah mengalami perpecahan. _CIA’s Split Personality_ dalam bahasa Harvard Crimson. Operasi Teluk Babi untuk memantik revolusi Kuba jadi gagal. Hanya karena pertarungan “obyektif dan subyektif” internal.
Prahara Duren Tiga menjelang 2024 dan di tengah bebasnya HRS menjadi lain. Pertarungan politik internal dan eksternal Polri. Tambah liar seperti Rodeo. Merangsang banyak penunggang untuk menungganginya selama mungkin.
Ada yang bilang ini “perang bintang”. Konon titik krusial citra mulai dibentuk. Jurus amputasi mulai terjadi. Kapolri saking hati-hatinya, pasrah kepada tekanan publik serta abai dengan orang dalam yang mulai asyik memainkan intrik.
Ini seperti api Molotov yang berusaha dipadamkan dengan air. Masalah yang tadinya sederhana, yang melibatkan 1-2 orang, malah diserahkan kepada interpretasi. Akhirnya nyambar kemana-mana. Beberapa orang menjadikan badai ini sebagai panggung, untuk menghajar “saingan dan hambatan”.
Hati-hati. Jangan salah kalkulasi. Jangan sampai digulung badai yang bikin lambung kapal menghantam karang. Bagi sebuah kapal, badai itu harus dihadapi. Musuhnya hanya itu. Jangan sampai karena tidak bisa mengatasi badai, haluan dipatahkan, jarum kompas yang dihancurkan.
Tampilkan Semua