ISLAMPERS.COM, JAKARTA – Pengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Qur’an KH Ahsin Sakho Muhammad menuturkan bahwa Nabi Muhammad memiliki rasa cinta kepada tanah air atau nasionalisme yang sangat tinggi terhadap tanah kelahirannya yakni Mekkah. Hal itu dikisahkan pada saat Nabi Muhammad hendak hijrah ke Madinah.
Sebelum berangkat hijrah, Nabi Muhammad sempat memandang Kota Mekkah. Kemudian dikatakan, Ya Makkah wallahi innaki la-ahabbul ardli ilayya wa lawla anni ukhrijtu minki maa khorijtu.
Wahai Makkah, sumpah demi Allah, engkau bumi yang paling aku cintai. Kalau saja aku tidak dizalimi. Aku tidak mungkin meninggalkan engkau.
“Ini dalil nasionalisme atau cinta kepada tanah air. Jadi jangan disangka cinta tanah air itu bukan dari iman. Hubbul wathan minal iman. Kata Nabi, Wahai Makkah engkau adalah negeri yang paling aku cintai. Padahal di Mekkah nggak ada apa-apa. Tapi itulah Allah selalu menghujamkan kecintaan orang kepada desa tempat lahirnya,” terang Kiai Ahsin saat mengisi pengajian Pesantren Digital Majelis Telkomsel Taqwa (MTT) bertema Hijrah dan Nikmat Kemerdekaan RI, Senin (16/8/2021).
Kiai Ahsin menceritakan, Nabi Muhammad berangkat ke Madinah dan disambut dengan sangat luar biasa oleh ratusan orang yang disebut sebagai kaum Anshar. Di Madinah, Nabi mempersaudarakan orang-orang Anshar dengan kaum Muhajirin melalui pemberian harta benda, uang, bahkan istri.
“Kemudian, Nabi menyusun strategi berikutnya. Ternyata meskipun sudah tiba di Madinah, Nabi juga masih diburu oleh orang Quraisy. Pecahlah perang berdarah pertama pada tahun kedua hijrah. Lalu tahun ketiga hijriah ada perang uhud. Tahun kelima hijrah Perang Khandak,” jelas Kiai Ahsin.
Tahun keenam terjadi perjanjian hudaibiyah yang kelihatannya secara lahiriah, tidak menguntungkan kaum Muslimin. “Kemudian tahun kedelapan hijrah, kaum Muslimin bisa merebut kembali Mekkah. Itu namanya Fathu Makkah,” tambahnya.
Tampilkan Semua